FITHRAH

Manusia dilahirkan sebagai orang sukses. Proses hidup sesungguhnya adalah proses mempertahankan kesuksesan tersebut. Bukan mencarinya kemana-mana. Bila anda telah sangat jauh dari fithrah anda itu, kembalilah. Lakukan perjalanan ke dalam sang diri. Kembali lah pada kesuksesan hakiki anda

Sabtu, 12 Januari 2008

INSPIRASI TANGAN BUNTUNG

Colombus menemukan Amerika dengan tidak sengaja. Ia dan awak kapalnya tadinya ingin ke India. Tapi bukan India yang dicapai, melainkan satu benua baru. Itu sebabnya penduduk asli dunia baru itu disebut Indian. Colombus mengira, ia telah sampai di India dan bertemu orang India (Indian). Itulah penemuan terbesar Colombus. Satu dunia baru yang kemudian disebut Amerika. Sekarang, Amerika adalah negara adidaya dunia. Jadi Colombus telah merubah kecelakaan menjadi berkah yang luar biasa.

Saya jadi ingat Mas Gong. Tepatnya penulis hebat, Gola Gong. Suatu hari ia kecelakaan. Satu tangannya mesti diamputasi. Bukannya meratapi kehilangan itu, Mas Gong justru mensyukurinya. Tangannya yang buntung, begitu ia menyebutnya, adalah inspirasinya. Juga jadi inspirasi lingkungannya. Suatu kali ia berkata: “Tangan gua buntung gini, gua masih produktif nulis. Elu-elu yang masih punya dua tangan koq malah loyo, banyak ngeluh.” Duh, malu rasanya.

Satu lagi cerita tentang orang hebat. Saya dapat dari Pak Zainal. Pak Zainal dapat dari Pak Ahmad Juwaini, Vice Precident Dompet Dhuafa Republika. Ceritanya begini: Suatu kali ada orang datang ke kantor Dompet Dhuafa Republika. Orang ini ingin minta bantuan. “Saya mau pinjam uang untuk beli mesin tik.“ begitu katanya. Hal istimewa dari orang ini adalah ia tidak punya tangan. Jadi ia mengetik dengan kakinya.

Mendengar cerita ini, mata saya berkaca-kaca. Coba anda bayangkan, orang tidak punya tangan mau pinjam uang untuk beli mesin tik. Di pikiran saya, ia sebenarnya bisa saja minta bukan pinjam. Tapi ia memilih pinjam. Ketika Pak Ahmad memaksa ingin memberi saja, bukan pinjam, ia menolak. WOW, luar biasa kemandirian jiwanya. Kita sekarang, malah sering melihat pengemis yang masih muda dan kuat. Tapi memilih mengemis.

Bagi saya, kecelakaan Colombus, Mas Gong, dan Pengetik Kaki ini memberi pelajaran luar biasa. Bagi mereka, kecelakaan adalah peluang. Peluang untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Peluang untuk menginspirasi orang lain. Peluang untuk menjadi manusia yang sebenarnya. Manusia dengan jiwa yang hidup. Manusia yang kepercayaan dirinya berasal dari sang jiwa tadi. Bukan dari embel-embel yang menyertainya. Embel-embel seperti harta, jabatan, keturunan, wajah ganteng dan sebagainya.

Ketika saya buat naskah ini, sedang ramai dibicarakan tentang anggota DPR yang meminta kenaikan tunjangan. Anggota Dewan itu melihat bahwa posisinya adalah peluang juga. Peluang untuk hidup lebih nyaman. Peluang untuk sering jalan-jalan ke luar negeri. Peluang untuk memasukkan sanak keluarganya ke BUMN. Peluang untuk dapat proyek milyaran. Duh, teganya mereka itu. Mengambil peluang-peluang seperti itu di tengah derai air mata rakyat yang tertimpa bencana, banyak anak busung lapar, kenaikan BBM, dan berbagai bencana bangsa lainnya.