FITHRAH

Manusia dilahirkan sebagai orang sukses. Proses hidup sesungguhnya adalah proses mempertahankan kesuksesan tersebut. Bukan mencarinya kemana-mana. Bila anda telah sangat jauh dari fithrah anda itu, kembalilah. Lakukan perjalanan ke dalam sang diri. Kembali lah pada kesuksesan hakiki anda

Kamis, 20 Maret 2008

Berterima Kasih pada Diri Sendiri

Pertama, marilah kita berterima kasih pada diri kita sendiri. Sang diri ini telah menyertai anda semenjak anda lahir. Ia begitu setia pada anda, meski anda mungkin sering mengabaikannya. Ada banyak orang yang justru mengeluh, meratapi, menyesali dirinya sendiri. Mereka melihat banyak kekurangan di diri mereka. Apalagi bila dibandingkan dengan orang lain.

Ada gadis berkulit hitam yang mengeluh kenapa ia dilahirkan dengan kulit hitam. Bukankah kulit putih itu lebih baik? Bukankah iklan-iklan di TV sangat memuja kulit putih? Bukankah para pemuda lebih senang pada gadis berkulit putih? Selain berkulit hitam, ternyata gadis ini pun gemuk. Maka makin banyak dan sering lah ia mengeluh. Ketika melihat sepasang kekasih yang berkulit putih dan langsing, perasaannya remuk redam.

Sang gadis tidak sadar bahwa keluhannya itu justru merusak dirinya sendiri. Makin ia mengeluh, makin terperosok ia ke jurang kehinaan. Kenapa? Karena ketika ia mengeluh, secara sadar atau bawah sadar, ia sedang menghina dirinya sendiri. Makin banyak mengeluh, makin terhina lah dirinya.

Sang gadis gemuk berkulit hitam tadi sebaiknya melihat Bu Oprah Winfrey di TV. Bu Oprah adalah sosok kulit hitam yang sangat populer, kaya, dan dicintai oleh rakyat Amerika dan dunia. Kenapa? Karena Bu Oprah, alih-alih mengeluh, ia justru sangat mencintai dirinya sendiri. Cintanya itu begitu tulus sehingga bisa menyentuh berjuta-juta hati manusia. Sang cinta itu berhasil menembus kamera dan sampai ke hati pemirsa acaranya, Oprah Winfrey Show.

Saudara yang baik, di dunia ini banyak sekali orang yang lahir ke dunia dengan berbagai kekurangan. Ada yang cacat tangan, kaki, bibir atau anggota badan yang lainnya. Sekarang ini (Januari 2008), di Bandung ada Dede yang terkena kutil di sekujur tubuhnya. Ia sedang dioperasi. Melihat kondisi tubuhnya, saya merasa jerih. Begitu memilukan. Tapi, Dede adalah orang hebat. Semangat hidupnya luar biasa. Ia tidak mengeluh dengan kondisi dirinya.

Saudara yang baik, hidup memang tidak selalu memberikan apa yang anda harapkan. Tapi satu hal pasti, anda bisa terus berharap pada diri sendiri untuk terus bersikap dan melakukan yang terbaik. Dan itu bisa dilakukan bila anda fokus pada yang terbaik dari diri anda. Bukan fokus pada yang terburuk dari diri anda. Dan, ada satu hal yang mengejutkan. Ternyata, bagaimana pun kondisi diri kita, itu adalah anugerah yang hebat dari Yang Maha Kuasa. Karenanya, bersyukur menjadi sikap yang terbaik.

Dulu, saya pernah kurang suka pada diri saya sendiri. Muasalnya adalah karena hidung saya yang besar. Sering saya merasa rendah diri karenanya. Saya selalu berjalan di belakang teman-teman saya. Alhamdulillah, perjalanan hidup saya membawa saya pada hal-hal dan lingkungan yang baik. Saya jadi banyak belajar. Dengan belajar, saya sadar bahwa dalam hidup ini, meski fisik itu penting, tapi banyak sekali hal-hal lain yang jauh lebih penting. Hal-hal seperti keyakinan, ketulusan, kehormatan, pengorbanan, disiplin, integritas, kejujuran, cinta, dan sebagainya.

Ketika saya merubah hal-hal tersebut, saya jadi percaya diri. Saya jadi lebih bisa bercanda. Bahkan saya jadi senang menjadi pusat perhatian. Teman-teman – termasuk yang perempuan – jadi banyak yang merasa nyaman bermain, belajar bersama, curhat dan sebagainya dengan saya.

Saya, yang ketika SMP berkeyakinan bahwa tak ada gadis yang mau jadi pacar saya, justru ‘ditembak’ oleh seorang gadis teman SMA. Mendapatkan pacar menjadi mudah. Saya bahkan sempat berada dalam posisi harus memilih salah seorang dari dua gadis yang menyukai saya. Saya pun sempat berpikir untuk mendapatkan dua-duanya. Ha..ha..ha... Dan, percaya diri saya makin meningkat lagi. Saya pun makin mencintai diri sendiri. Ternyata, mencintai diri sendiri itu enak sekali. Rasanya enak dan nyaman.

Saudara, dulu, hidung saya besar dan saya merasa kecil karenanya. Sekarang, hidung saya tetap besar tapi saya pun merasa besar. Alhamdulillah...