FITHRAH

Manusia dilahirkan sebagai orang sukses. Proses hidup sesungguhnya adalah proses mempertahankan kesuksesan tersebut. Bukan mencarinya kemana-mana. Bila anda telah sangat jauh dari fithrah anda itu, kembalilah. Lakukan perjalanan ke dalam sang diri. Kembali lah pada kesuksesan hakiki anda

Rabu, 11 Maret 2009

TERUS MILIKI KEKURANGAN




Hidupnya hebat. Hartanya melimpah ruah. Keluarganya harmonis. Perusahaannya maju pesat. Teman-temannya baik dan setia. Karyawannya orang-orang pilihan. Rumahnya nyaman tak terkira. Ibadahnya luar biasa. Amalnya di atas rata-rata. Popularitasnya melegenda.

“Lalu apa lagi yang ia hendak raih?” Ah, pertanyaan ini menjadi susah untuk dijawab. Ia benar-benar merasa seluruh aspek kehidupannya sudah berada di kualitas yang tertinggi. Pertambahan materi sudah tak berarti lagi untuknya. Toh, ia dan keluarganya sangat nyaman hidup dalam kesederhanaan. Hidupnya tak kekurangan sesuatu apapun.

Tapi, ternyata hidup tak ada kekurangan apapun justru menyiksanya luar biasa. Lebih menyiksa dari hidupnya waktu kecil yang justru penuh dengan kekurangan. Karena penuh dengan kekurangan itulah yang membuatnya ‘terbakar’. Darah mudanya bergolak. Otaknya berputar keras. Hatinya penuh dengan kekuatan. Maka ia pun belajar dan bekerja keras luar biasa. Siang dan malam tak ada bedanya. Tidur nya pun hanya sekerejapan mata. Itu pun tak membuat energinya habis. Sebaliknya, energi itu terus bangkit dan membola salju. Segala kekurangan yang ada pada diri dan keluarganya itu memicu dan memacunya.

Maka berbagai sukses dan prestasi pun diraihnya. Dari bidang akademik, bisnis, hobi, pertemanan, sampai bidang keluarga dan spiritual. Semua aspek dalam hidupnya tak tercela. Bukan hanya tak tercela, tapi gemilang. Kekurangan-kekurangan itu telah ia tutupi. Hinaan telah ia jungkir balik-kan menjadi pujian dan kekaguman.

Tapi sekarang, ia berdiri disana. Jiwanya tersiksa. Berbagai pertanyaan menyerbunya. Dan ada satu yang paling nyaring ia dengar : “Apa yang kurang pada diriku sampai merasa tersiksa seperti ini?”

Saudara, menurut anda apa yang terjadi pada sosok di atas tadi? Mengapa ia bisa mengalami hal seperti itu? Di tengah hidup yang luar biasa, ia justru merasa tersiksa. Bukankah hidupnya sudah seimbang? Ia tak hanya mengejar dunia, ia juga mengejar akhirat. Kerjanya sehebat ibadahnya. Ilmunya setinggi imannya. Apa yang terjadi?

Menurut saya, yang terjadi adalah terjadinya jarak antara dirinya dengan fithrahnya sebagai manusia. Fithrah yang mana? Fithrah bahwa manusia adalah mahluk yang selalu punya kekurangan. Perasaan bahwa ia sudah bisa menutupi semua kekurangan dirinya telah mengelabuinya.

Kenapa manusia punya fithrah seperti itu? Agar hidupnya bisa terus maju dan berkembang.

Jadi kekurangan adalah sebuah anugerah luar biasa. Ia adalah pemungkin perbaikan dan kemajuan. Maka miliki lah kekurangan. Lalu tutupi dengan sukses dan prestasi. Sampai kapan? Sampai anda tak bernafas lagi. Bila anda sudah tak bisa lagi menemukan kekurangan dalam diri anda, cari dan temukan kekurangan pada diri orang lain. Bantu mereka untuk menutupi kekurangan-kekurangan mereka itu. Toh, pada hakikatnya anda adalah mereka. Mereka adalah anda.

Maka di tengah berbagai kekurangan, anda justru akan menemukan kebahagiaan.

4 komentar:

...untukmu para pecinta... mengatakan...

Wahh... sedang membicarakan diri sendiri ya pak Supardi...??
he..he...
yang jelas, justru saat ini saya sedang dalam kondisi seperti pribadi yg bapak ceritakan.
tapi bedanya, saya dalam frase yang sulitnya, dan hingga kini masih merasa dalam kebuntuan & belum mampu mendapatkan sumber energi pemicu semangat saya lagi nih pak Supardi.
Hanya rutinitas pulang pergi kerja tiap hari seperti biasa yg membuat alam bawah sadar saya agak sedikit gelisah pak.
bagaimana ya menimbulkan 'efek bola salju semangat' seperti yg kisah itu paparkan...?

sebelumnya, trims bgt atas jawabanya pak supardi.

Hary Christian Mogi mengatakan...

Saya menjadi bersyukur mempunyai kekurangan.. setiap kekurangan itu sudah teratasi,, maka saya 1 derajat lebih berguna,, dan saya pun selalu menemukan kekurangan baru yang harus saya perbaiki.. secara terus menerus.. sampai kapan pun...

Quantum Vision mengatakan...

Bener banget pak, saya setuju dengan bapak. Saat kita sadar bahwa kita memiliki kekuaranga, dan disitulah kita akan berbagi dengan orang lain, dari kekurangan itulah kita menyatu dengan orang lain. Dalam pandangan saya, bersama mereka membuat hati ini merasa bahagia.

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb. Pak Pardi,

Sebelumnya kami m,engucapkan Selama Idul Fitri 1432 H, Semoga Kita kembali Fitri, aamiinn...

zafruddin n team